Sabtu, 12 Maret 2011

Antara Rumus Fisika dan Pola Hidup Manusia

Antara Rumus Fisika dan Pola Hidup Manusia

[ P=F/A ]

image source: scienceandsociety.info
Tahukah anda tentang rumus di atas?? Ya, itu adalah rumus fisika untuk menghitung Tekanan atau ‘Pressure’ [P] yang sering kita jumpai saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Adapun uraian dari rumus tersebut adalah sebagai berikut:
P (Pressure) = Tekanan.
F (Force) = Gaya.
A (Area) = Luas.
Dari rumus di atas, kita simpulkan bahwa besarnya Tekanan [P] dapat dihitung dengan cara membagi antara Gaya [F] dan Luas [A]. Semakin besar Gaya [F] yang diberikan terhadap suatu benda, sedang Luasnya [A] kecil, maka Tekanan [P] yang dihasilkan pun semakin besar pula. Sebaliknya, jika Gaya [F] yang diberikan kecil, sedang Luasnya [A] besar, maka Tekanan [P] yang dihasilkan pun kecil. Itu karena Tekanan [P], berbanding lurus dengan Gaya [F] dan berbanding terbalik dengan Luas [A].
Contoh kasus sederhana dari penerapan rumus di atas adalah mekanisme kerja dari sebuah benda yang bernama “paku”. Apa alasannya ujung paku dibuat lancip, bukan tumpul? Jika pertanyaan tersebut diajukan ke para tukang bangunan, saya yakin bahwa jawaban mereka rata-rata seragam: “Agar mudah saat masuknya”.
Tepat. Secara logika, jawaban tersebut benar adanya. Karena memang seperti itulah prinsip kerja sebuah paku. Paku dibuat lancip agar mudah masuk ke dalam kayu. Dalam tinjauan ilmu fisika, semakin lancip sebuah paku, semakin kecil pula Luas [A] area pada ujung paku tersebut. Sehingga gaya [F] yang dibutuhkan untuk menimbulkan Tekanan [P] kepada obyek yang dipaku (misal: kayu), tidaklah terlalu besar. Sebaliknya, semakin tumpul ujung paku, semakin besar pula Luas [A] areanya. Sehingga Gaya [F] yang dibutuhkan untuk memaku kayu pun semakin besar. Misalnya adalah saat anda mencoba memaku dengan cara terbalik, ujung lancip paku di atas, ujung tumpul paku di bawah. Bayangkan berapa besar Gaya [F] yang harus anda gunakan untuk hanya sekedar melubangi sebuah kayu.
Lalu, apa hubungan antara rumus tersebut dengan pola hidup manusia?
Salah satu hal yang saya sukai dari MP [Multiply] adalah postingan dari kawan-kawan (baik berupa note maupun quicknote) yang rata-rata syarat akan taujih ruhiyah. Kadang berupa pengalaman pribadi yang mengandung hikmah, untaian nasihat, ataupun kata-kata bijak yang menyejukkan qalb. Termasuk ketika ada quicknote (semacam ‘update status seperti di Facebook) salah seorang kawan yang menganalogikan antara rumus fisika di atas dengan pola kehidupan manusia. Secara singkat, beliau menuliskan:
[ P=F/A ] —> P = Tekanan hidup, F = Gaya hidup, A = Luas/Lapangnya hati
Singkat, itu saja..
Namun, jika kita telaah lebih lanjut, tulisan beliau tersebut mempunyai makna yang dalam. Jika kita bandingkan antara rumus beliau tersebut dengan rumus fisika kita di atas, kita akan dapat mengambil sebuah kesimpulan yang luar biasa, yaitu: Semakin besar (baca: mewah) Gaya hidup kita [F], jika tidak diimbangi dengan Luasnya/lapangnya qalbu dan pikiran [A], maka Tekanan hidup [P] yang kita rasakan pun akan semakin besar.
Itulah mungkin salah satu sebab mengapa banyak manusia-manusia yang kaya harta, tapi miskin kebahagiaan. Banyak rumah mewah, tapi hati selalu gelisah. Lisan banyak tertawa, tapi pikiran bermuram durja. Gaya hidup mereka melambung tinggi, namun tak diimbangi dengan kelapangan hati. Setiap masalah yang datang pun selalu dianggap besar, padahal hanya perkara sepele bagi kebanyakan orang. Ustadz Salim Fillah, dalam bukunya “Jalan Cinta Para Pejuang”, menyatakan bahwa masalah sebesar apapun tidak akan pernah mengecil, namun sejatinya kitalah yang mengerdil.
Maka, sungguh merupakan kenikmatan yang luar biasa jika seorang mukmin mempunyai hati yang lapang dan qana’ah terhadap ketentuan Rabbnya. Hati yang bersyukur, ketika nikmat menghampiri. Dan bersabar, ketika ujian datang menyapa. Betapa indahnya saat Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, lalu dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa kesusahan, lalu dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan baginya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar